Haji Merupakan Sirah dari Nabi Ibrahim


Hari ini (04/10) kita umat muslim Indonesia melaksanakan Idul Adha atau hari raya kurban. Walaupun ada perbedaan dalam hal waktu pelaksanaan, seharusnya kita memandangnya sebagai sebuah pelajaran untuk saling bertoleransi. Sedangkan bagi pemerintah sendiri, hari raya idul adha jatuh pada tanggal 5 sesuai dengan sidang isbat yang diadakan oleh kemenag (kementrian Agama) berdasarkan penanggalan Indonesia milik kemenag. Walaupun sebagian kalender idul adha tahun ini jatuh pada tanggal 5 tetapi ada juga yag jatuh pada tanggal 4 mengingat para jama’ah haji berwukuf di Arafah tanggal 3, sehingga otomatis hari raya idul adha tahun ini jatuh pada tanggal 4 oktober.

Banyak sebagian besar dari hadits nabi yang mengatakan bahwa puasa arafah atau bertepatan dengan para jama’ah haji melaksanakan wukuf di padang arafah yang kesemuannya adalah termasuk dalam kategori hadits shohih, dan hanya satu hadits yang menyatakan bahwa puasa arafah jatuh pada tanggal 9 Dzulhijjah. Padahal idul adha sangat berbeda dengan idul fitri, jika idul fitri bersifat lokal maka hari raya idul adha bersifat internasional dan harus mengikuti event wukuf yang dilakukan jama’ah haji di Arafah.

Jika terjadi perbedaan dalam penentuan hari raya idul adha maka itu adalah hal yang sudah biasa dan juga sering terjadi pada tahun - tahun sebelumnya. Kalau kedua belah pihak sudah berijtihad dengan maksimal melalui akal pikiran dan juga hati yang bersih, maka jika benar menurut Allah akan mendapatkan pahala sebanyak 2, sebaliknya jika ternyata salah menurut Allah maka akan mendapatkan pahala sebanyak 1. Dan orang yang tidak mendapatkan pahala sama sekali adalah orang yang tidak ikut apa – apa, puasa arafah pun tidak ikut sholat ied pun tidak ikut.


Di negara kita Indonesia sangatlah sulit jika ingin memaksakan bersama – sama dalam artian penentuan 2 hari raya idul fitri dan idul adha sangatlah sulit jika dipaksakan bersama karena mengingat metode yang digunakan memiliki perbedaan dalam hal cara pandang. Yang terpenting adalah masalah khilafiyah tidak sampai ketingkat syirik.Untuk itu kita harus membiasakan diri dalam menghadapi perbedaan. Menurut perkataan orang zaman dahulu dan juga orang – orang barat, “we must agree in disagreement” atau kita harus setuju di dalam ketidaksetujuan yang kita alami seperti adanya perbedaan dalam penentuan hari raya.

Pemerintah seharusnya memiliki peran yang sangat sentral ketika rakyatnya mengalami perbedaan pendapat, karena di dalam usul fiqih juga dijelaskan bahwa keputusan pemerintah adalah yang paling benar dan harus diikuti oleh semua rakyatnya. Namun jika kita melihat kondisi pemerintahan Indonesia saat ini sangatlah sulit untuk melakukan cara seperti di atas. Karena pemerintah sekarang bukan menjadi penengah ketika ada perselisihan dan perbedaan pendapat tetapi malah menjadi pengikut dari suara terbanyak dan tidak memiliki pendirian walaupun terlihat benar adanya.

Kalau kita melihat lebih dalam tentang hari raya idul adha maka kita akan menemukan adanya keterkaitan antara hari raya ini dengan nabi Ibrahim. Karena nabi Ibrahim lah yang berani mengorbankan anak satu – satunya untuk menaati perintah Allah dan atas dasar keikhlasan. Didalam Al – Qur’an, perintah haji terdapat pada surat Al – baqoroh, Al – imran, Al – haj dan At – taubah.  Dari sekian banyak ayat Al – Qur’an yang membahasa tentang perintah haji, selalu ada pembahasan tentang larangan melakukan syirik. Sebenarnya haji bukanlah untuk menyembah dan memuja ka’bah, melainkan ka’bah disini sebagai patokan bagi kaum muslimin untuk melaksanakan haji. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sangat salah jika hajar aswad dan juga ka’bah disembah dan dimintai untuk mencari barokah.


Contoh perilaku haji yang mengarah ke syirik, Nurhayati adalah seorang jama’ah haji dari Sulawesi dan kedatangannya ke Makkah memiliki satu tujuan yaitu untuk menggunting kiswah (kain penutup ka’bah). Karena dia percaya bahwa kiswah ka’bah dapat menyembuhkan anaknya dari sakit yang tidak kunjung sembuh. Sedangkan contoh yang paling bagus adalah sahabat nabi Umar bin Khattab. Suatu hari ketika Umar melaksanakan haji bersama rasulullah dan ia melihat rasulullah mencium hajar aswad, kemudian tiba giliran umar dan ia pun berkata kepada batu itu, “wahai hajar aswad, kau hanyalah batu yang berwarna hitam dan tidak memiliki nilai namun jika aku tidak melihat rasulullah menciummu maka aku pun tidak akan menciummu, dan aku disini hanyalah mengikuti apa – apa yang dikerjakan oleh rasulullah”.

Sejak 200 tahun yang lalu pemerintah Arab Saudi sudah memberantas praktek – praktek kemusyrikan yang dilakukan oleh jama’ah haji yang ia yakini dapat menimbulkan barokah bagi dirinya. Selain di makkah, daerah lain yang tidak bisa terlepas dari praktek kesyirikan adalah seperti di daerah utara yaitu makam dari istri pertama rasulullah yaitu Siti Khadijah. Sedangkan di timur, tepatnya didaerah najd juga ada pohon kurma yang dianggap dapat mendatangkan keberuntungan dan sekarang itu semua sudah diberantas oleh pemerintah Arab Saudi. Dalam berkurban harus kembali kepada tauhid yaitu untuk Allah lewat pemberian daging kurban kepada orang lain. (khutbah idul adha 04/10/2014)


KH. Drs. Muhammad Dawam Sholeh

0 komentar:

Post a Comment