Tipe Manusia Menurut Al - Qur'an
Manusia merupakan sosok yang sangat luar biasa, sosok yang sangat sempurna dari seluruh makhluk-Nya, hingga sosok paling terhormat di mata Allah SWT. Bagaimana bisa ? bayangkan saja ketika pertama kali nabi Adam muncul di surga seluruh makhluk ciptaan Allah baik para malaikat hingga para Jin disuruh sujud kepadanya. Terlepas para iblis yang ingkar kepada tuhannya dan menyombongkan dirinya hingga terusir dari surga.
Seiring berjalannya waktu, kemuliaan tersebut seakan mulai sirna. Ketika manusia semakin banyak jumlahnya semakin beraneka ragam pula jenis perilaku yang ada di benak setiap umat manusia yang ada di dunia. Hingga manusia dianggap layaknya pisau yang bermata dua, memiliki 2 sikap yang saling berlawanan.
Kadangkala memiliki sikap yang membuat malaikat geleng – geleng kepala tak percaya akibat kebaikan yang melebihi dirinya, makhluk dari cahaya. Tak jarang pula manusia memiliki hati yang lebih kejam dari pada iblis dan setan sekalipun. Hal tersebut mungkin diakibatkan oleh sifat setan yang bersemayam di hati umat manusia.
Sedangkan faktor – faktor yang mempengaruhi kedua sifat itu diantaranya adalah intensitas kedekatan kita kepada Allah. Semakin kita mendekatkan diri kepada Allah, maka semakin heran para malaikat melihat manusia mengalahkan sifat rendah diri yang dimiliki oleh para malaikat. Dan yang paling penting adalah derajat kemuliaan kita akan lebih tinggi di antara umat manusia dan menjadi manusia yang telah mendapat tiket ke surga selama masih di dunia.
Ada sebuah kelakar yang mengatakan bahwa di akhir zaman, kebanyakan para ulama’ masuk neraka sedangkan para bandit akan masuk surga. Hal tersebut bisa dimungkinkan mengingat ulama’ sekarang lebih condong untuk berhenti mencari ilmu dan telah puas dengan ilmu yang ia miliki sekarang. Hal tersebut jelas merupakan sikap sombong yang sangat di benci oleh Allah.
Lain halnya dengan para bandit yang sadar dengan kesalahannya dan terus berusaha untuk memperbaiki diri walaupun menurut kita tidak lah cukup berarti. Namun Allah lebih menghargai hal itu dari pada ulama’ yang sombong akan ilmunya dan berhenti untuk menuntut ilmu.
Padahal Rasulullah sendiri memberitahukan bahwa menuntut ilmu itu adalah sesuatu hal yang mulia yang harus di laksanakan dari buaian ibu hingga liang lahat. Selama darah masih mengalir, wajib hukumnya untuk mencari ilmu walaupun itu sebatas mendengarkan tausiah atau pun ceramah agama.
Al – Qur’an sendiri menerangkan tentang pembagian sifat manusia yang mana kita bisa berkaca termasuk yang mana kita kira – kira. Setidaknya ada 3 tipe manusia yang ada pada Al – Qur’an, yaitu Dholimun Linafsih, Al-Muqtasid, dan Sabiqulkhoirot. Untuk yang pertama adalah Dholimun Linafsih atau berbuat aniaya terhadap diri sendiri.
Tanpa disadari kita sering melakukan perbuatan yang malah menganiaya diri sendiri, contoh kecil adalah membicarakan orang lain. Sudah jelas tertera dalam sebuah hadits bahwasanya seseorang yang membicarakan kejelekan orang lain dibelakang orang tersebut layaknya memakan bangkai dari saudaranya sendiri.
Sungguh hal tersebut sangatlah hina, walaupun demikian tak jarang kita jumpai orang – orang yang memiliki tipikal seperti kriteria di atas. Jika seseorang telah mengerti namun masih tetap mengulangi kejelekan tersebut, baginya dosa yang berlipat. Hal tersebut sedikit banyak menciderai dirinya sendiri karena telah merusak ukhuwah islamiyah.
Contoh yang paling konkrit lainnya adalah tidak melaksanakan apa yang telah diperintahkan oleh Allah kepadanya. Kita sudah mengerti tentang kewajiban beribadah kepada Allah, namun tak sedikit dari kita yang kadangkala masih melenceng dari garis kebenaran karena sifat kejelekan telah berkuasa di dalam tubuh manusia.
Tipikal orang yang kedua adalah Al – Muqtashid, yaitu orang – orang yang berada di tengah. Maksudnya adalah di dalam diri mereka hinggap 2 sifat yang saling berlawanan yaitu baik dan buruk. Kadangkala berbuat baik dan tak jarang berbuat maksiat, atau istilah sekarang adalah STMJ yaitu Sholat Terus Maksiat Jalan Terus.
Seseorang yang memiliki sifat itu bianya cenderung bimbang dengan pilihan yang ia suka. Cahaya kebenaran telah muncul di hatinya namun sinar kegelapan juga terus berpendar di sampingnya. Dan kebanyakan tipikal ini sering dimiliki oleh kita, sehingga hanya dengan lebih mendekatkan diri kepada Allah lah kita bisa naik tingkat menuju golongan selanjutnya yang lebih tinggi derajatnya dari tipikal sebelumnya.
Dan tipe orang yang paling mulia menurut Al – Qur’an adalah Sabiqulkhoirot, yaitu orang – orang yang senantiasa melakukan kebajikan dan menjaganya agar terus berbuat baik selama hidupnya. Hal ini sangat erat kaitannya dengan namanya habit atau istiqomah. Seseorang yang telah terbiasa melaksanakan sholat berjama’ah misalnya, maka ia tidak akan segan – segan untuk pergi ke masjid walaupun dalam keadaan susah payah, terlambat, atau pun hujan sekalipun.
Terlihat cukup sulit memang melihat tipe yang ketiga mengingat tingkatan itu adalah tingkatan yang paling mulai dibandingkan yang lainnya. Walaupun demikian pilihan tetap ada di tangan kita, karena Allah tidak akan mengubah kondisi suatu kaum kecuali ia mengubahnya dengan usahanya sendiri.
Sehingga masih ada jalan dan tentunya kesempatan bagi kita yang ingin masuk golongan orang yang paling mulia menurut Al – Qur’an. Dengan menata niat, hati, serta pikiran mengerjakan yang diperintah dan menjauhi yang dilarang, konsisten beribadah, niscaya kita akan masuk ke golongan orang – orang yang menghiasi hari – harinya dengan kebaikan.
0 komentar:
Post a Comment