Khutbah Hari Raya Idul Fitri 1435 Hijriyah di Lapangan Kopen
Prolog : Suatu hari ada seorang caleg yang sedang berkampanye di alun – alun, saat itu yang datang ribuan orang. Kemudian Caleg tersebut berorasi untuk memperoleh dukungan, “Kalau memilih saya, saya akan berjanji untuk memperhatikan rakyat saya dengan memberikan uang saku lebih dari 2 juta setiap orang. Tetapi saya tidak membayar dengan mata uang rupiah Indonesia, melainkan saya membayar dengan mata uang Jepang yaitu Yen. Yen ora lali, Yen onok siso korupsi”. Langsung seluruh masyarakat yang hadir kompak membawa sandal untuk dilemparkan kepada caleg tersebut sambil berkata, “Ora Yen - yen”.
Kita hidup di dunia ini banyak mencari kesenangan dunia atau kesenangan hawa nafsu. Kebanyakan orang mengartikan kesenangan dunia adalah banyaknya uang yang didapat, tetapi jarang untuk berlomba – lomba dalam mencari ketenangan jiwa. Selain ketenangan jiwa, hal lain yang harus dimiliki adalah kesenangan dalam menyambut hari yang fitri serta di dalam kesenangan tersebut harus ingat kepada Allah agar tidak terlampau batas. Kita harus ingat, bahwa saudara kita seiman yang ada di jalur Gaza tidak bisa merasakan kesenangan dalam menyambut Idul Fitri dikarenakan masih digempur oleh tentara zionis Israel.
Manusia khususnya umat Islam di seluruh dunia memiliki momentum untuk meraih kemenangan pada tanggal 1 Syawal. Pada sebuah kitab yang bernama Al – Aflahu bil Quwwah atau terkenal juga dengan sebutan The Quantum of Succes, di dalam meraih sebuah kemenangan terdapat 2 macam kemenangan. Menang hanya di mulut yaitu berkata menang tetapi sejatinya kalah, ada yang memang menang mutlak. Berikut adalah kriteria diri kita yang mana kita bisa melihat apakah kita menang mutlak, atau hanya menang sebatas di mulut saja.
1. Orang yang di dalam hidupnya memilih diantara 2 pilihan
Yaitu kecenderungan untuk memilih apakah baik (taqwa) atau sebaliknya yaitu jahat (kufur). Menjadi orang yang tua harus memiliki rasa kekhawatiran kepada generasi penerus yaitu anak – anak muda. Yang anak mudanya sudah mulai meninggalkan sholat 5 waktu, yang sudah tidak bisa menahan hawa nafsunya atau menerutui sahwatnya. Pengertian lain dari hawa nafsu adalah menuruti keinginan dan kesenangan duniawi.
Rasulullah SAW. pernah berkata bahwa manusia akan terus menuruti kesenangan duniawi hingga mulutnya dibungkam dengan segumpal tanah. Sesungguhnya dunia (seperti mencari uang untuk hidup) boleh dicari namun hanya sebatas di taruh di tangan, Jangan sampai dimasukkan ke dalam hati. Karena jika didalam mencari perhiasan dunia sudah dimasukkan kedalam hati maka hati kita akan buta dan akibat yang ditimbulkan adalah dapat melupakan Allah.
2. Orang yang di dalam hidupnya memilih – milih
Maksudnya adalah memilih – milih hukum yang sudah ditetapkan oleh Allah. Jika perintah Allah tersebut memiliki modal yang kecil atau sedikit seperti Puasa (modalnya untuk beli makanan ta’jil sedikit) maka akan dilaksanakan, dan jika modal yang dikeluarkan banyak seperti Zakat dan Haji, maka tidak akan dilaksanakan. Jika mau dilaksanakan harus melewati kalkulasi untung rugi hingga ujung – ujungnya tidak akan melaksanakan perintah tersebut.
Untuk bisa jihad membela kaum muslimin di Palestina, syaratnya bukan dengan memiliki kekayaan melimpah tetapi syarat utamanya adalah melaksanakan sholat jama’ah 40 hari secara kontinu atau tidak putus – putus. Orang barat ingin menghapus istilah jihad bagi umat islam, karena dengan hilangnya istilah jihad bagi umat islam, maka umat islam tidak akan memiliki niat untuk membela agamanya yaitu agama Islam.
3. Menjadi Orang Pilihan
Di tempat manapun di bumi ini, jiwa kita adalah jiwa mengabdi. Ilmu kita, tenaga kita, pikiran kita digunakan untuk kemaslahatan umat, jika sudah menjadi orang pilihan maka kita harus melakukan amar ma’ruf nahi munkar yaitu mengajak kepada kebaikan dan mencegah kepada kemungkaran. Akibat jika tidak melaksanakan hal tersebut bisa kita lihat disekitar kita, yaitu jika ada ceramah maka yang diingat hanya kelucuan dari ceramah tersebut, bukan pesan yang ada di ceramah tersebut.
Tontonan berubah menjadi tontonan, sedangkan tontonan sudah menjadi tuntunan. Jika kita belum memberdayakan masyarakat, maka kita belum bisa memakai kemampuan diri kita yaitu ilmu yang kita miliki untuk mengabdi kepada masyarakat, memiliki spirit untuk mengabdi tanpa pamrih. Akhlaq itu tidak hanya tutur kata yang sopan, tetapi tindak tanduknya harus sama dengan perkataannya. Menurut Zainuddin Maliki, jabatan bukan sesuatu hal untuk menumpuk harta kekayaan, tetapi untuk mengabdi.
4. Menjadi Orang yang Terpilih
Kita merasa dekat dengan Allah, kecintaan kita kepada Allah kian hari kian meningkat maka hidup kita akan terasa enteng serta hati menjadi tenang karena hidupnya sudah dijamin oleh Allah. Sehingga tidak perlu kuatir karena setiap makhluk yang hidup di dunia sudah dijamin rezekinya oleh Allah. Namun dengan syarat harus bersandar kepada Allah maka kita akan diperhatikan oleh Nya. Kalau bangsa kita yaitu bangsa Indonesia tidak bersandar kepada hukum Allah maka tinggal tunggu tanggal kehancurannya.
Menurut Ustadz Ilham Arifin, cirri – cirri pemimpin yang baik adalah bisa membuat rakyat yang dipimpinnya menjadi takut kepada Allah. Makna Idul Fitri sebenarnya tergantung kepada kita, bagaimana cara kita mengartikan makna Idul Fitri tersebut. Belum disebut orang Idul Fitri jika kita mengorbankan hal – hal atau kebiasaan baik yang kita kerjakan pada bulan ramadhan pada tanggal satu syawal. Dengan bahasa lain, kebiasaan puasa, tadarrus Al – Qur’an, sholat malam hanya berlaku sampai tanggal 30 ramadhan. Setelah tanggal tersebut kembali pada kebiasaan lama sebelum ramadhan, seperti tanggal 1 Syawal diartikan sebagai hari kemerdekaan.
Dari 4 kriteria di atas, yang termasuk orang pilihan dan orang yang terpilih atau nomor 3 dan 4 adalah orang yang menang mutlak pada Idul Fitri, sedangkan orang yang masuk kriteria nomor 1 dan 2 adalah orang yang hanya menang di mulut, tetapi sejatinya kalah pada tanggal satu Syawal.
Kematian adalah hal yang sangat rahasia dan manusia tidak mengetahui rahasia tersebut, hanya Allah yang mengetahuinya. Jadi langkah yang harus ditempuh adalah bersiap – siap untuk menghadapi kematian. Jika tidak ada orang yang tidak membawa perbekalan untuk mati, maka niscaya kematian akan semakin mendekat kepadanya. Hidup kita akan berlanjut setelah mati dan transit dahulu di alam Barzah. Sejatinya ada 3 hal yang menemani kita, yang 2 hal akan meninggalkan kita yaitu harta benda, serta anak, istri, dan saudara.
Sedangkan hal yang abadi dan menemani kita di hari penghitungan adalah Iman dan amalan yang kita perbuat di dunia kala masih hidup. Rasulullah SAW. bersabda bahwa Orang yang cerdas bukanlah orang yang berhasil di dalam usahanya, atau berhasil dalam pendidikannya, tetapi orang yang cerdas sesungguhnya adalah orang yang mengingat akan kematian setiap harinya serta mempersiapkan kematian tersebut.
0 komentar:
Post a Comment