Antara Remaja dan Al - Qur'an


Remaja adalah suatu masa dimana hidup manusia mengalami sebuah masa transisi yang tak menentu dari usia kanak – kanak menuju usia dewasa. Di masa inilah para remaja yang telah menjadi “remaja” mengalami badai emosional serta mental yang tak menentu, mereka cenderung bertindak seenaknya tanpa memperdulikan lingkungan sekitar, dan yang paling mencolok adalah proses pencarian jati diri yang dilalui oleh setiap remaja dengan jalan “caper” atau cari perhatian terhadap dunia yang ingin ia geluti. Masalahnya disini adalah remaja cenderung ingin menunjukkan dirinya dalam hal keburukan bukan malah sebaliknya yaitu dalam hal kebaikan. Latar belakang tulisan ini simple saja yaitu penulis ingin menghubungkan antara realita remaja zaman sekarang dengan kitab pedoman umat Islam yaitu Al – Qu’ran.

Jika dilihat sekilas, maka tidak ada korelasi yang bermakna antara keduanya. Al – Qur’an adalah sebuah kitab suci sedangkan remaja adalah suatu masa transisi, jelas tidak ada hubungannya. Namun setiap yang diciptakan oleh Allah SWT. Selalu memiliki hubungan dan tentunya manfaat walaupun toh kita terkadang melupakannya dan tidak mengetahuinya. Hubungan dari keduanya sangatlah erat terlebih bagi para remaja muslim penerus tonggak perjuangan kaum muslimin. Secara spesifik hubungan itu adalah hubungan spiritual, yang mana tali penghubung itu akan terus terikat sepanjang remaja itu terus berpegang, memahami isinya dan tentunya mengamalkannya. Jika sudah demikian maka pastinya sudah tidak didapati kosa kata “galau” disetiap pemikiran remaja muslim.


Namun itu hanyalah sebuah imaji kosong yang tak bermakna. Jika kita bicara realita, maka kosa kata “galau” di dalam tubuh para remaja masa kini seakan menjadi sebuah kanker otak stadium empat yang terus menyerang tanpa adanya upaya penyembuhan, hingga puncaknya adalah “membunuh dirinya sendiri”. Pertanyaan besar pun mengemuka mengapa bisa terjadi demikian? Jika kita merajut masalah tentang hal itu, maka pangkalnya adalah pada pribadi dari setiap remaja yang sudah mulai meninggalkan Al – Qur’an, kitab seribu pengetahuan berganti menjadi novel percintaan bersampul pink yang “satire” ala pahlawan menurut mereka dan jalan ceritanya pun sangatlah mudah ditebak. Membaca Al – Qur’an pun tidak segiat membaca SMS, hingga aplikasi Al – Qur’an di smartphonenya pun dibiarkan meringkuk tak berdaya di ujung layar, kalah pencet dengan software BBM, Line, Facebook hingga Instagram.

Jika saja para remaja masa kini mau membaca Al – Qur’an maka ia sudah menemukan obat “galau” yang ia derita. Andai saja mereka bisa menggantikan posisi pacar dengan Al – Qur’an maka alangkah indahnya dunia islami saat ini, tidak ada yang namanya istilah Jilbab in Love seperti apa yang dituangkan Asma Nadia lewat tulisannya. Karena itu hanyalah sebuah ilusi tulisan yang hanya fiksi belaka, cukup di dunia khayal tanpa harus di realitakan. Namun fakta berkata lain, para remaja muslim kini berbondong – bondong ingin memasukkan sebuah kosa kata baru kedalam KBBI yaitu istilah Pacaran secara Islami. Menurut beberapa literatur yang saya baca, keduanya sama sekali tidak memiliki hubungan layaknya Al – Qur’an dan remaja, baik secara kasat mata maupun tersirat. Di dalam Al – Qur’an terdapat istilah “ta’aruf” namun itu pun hanya sebatas kenal, bukan sampai melampauinya.


Akhirnya, untuk mengubah kebiasaan “memunahkan” Al – Qur’an oleh setiap remaja masa kini maka diperlukanlah strategi hingga langkah – langkah khusus untuk mewujudkannya. Intinya masih kembali ke setiap individu, yaitu dengan melakukan langkah kecil untuk mengubah kebiasaan tersebut menuju yang lebih baik. Dan semoga Taruna Melati 1 kali ini bisa menjadi langkah kecil untuk mewujudkan sikap antipati terhadap kitab suci Al – Qur’an.

0 komentar:

Post a Comment