Konsumerisme Ala Remaja


Konsumtif merupakan prilaku dimana timbulnya keinginan untuk membeli barang barang yang kurang diperlukan untuk memenuhi kepuasan pribadi. Dalam psikologi dikenal istilah compulsive buying disorder (kecanduan belanja) orang yang terjebak didalamnya tidak bisa membedakan mana kebutuhan dan keinginan.

Remaja yang kini banyak terjebak dalam kehidupan konsumtif, dengan rela mengeluarkan uangnya untuk menuruti segala keinginan, bukan kebutuhan, dalam keseharianya remaja menghabiskan uang mereka untuk membeli makanan, pakaian, perangkat elektronik, hiburan seperti menonton film dan sebagainya. Semua ini dilakukan remaja kebanyakan hanya untuk ajang pamer dan gengsi, kita tahu remaja merupakan fase dimana mereka masih dalam situasi labil seperti rumput yang jika tertiup angin ia akan mengikuti kemana arah angin itu berhembus, remaja yang dalam pergaulanya dikelilingi oleh remaja lain yang juga berprilaku konsumtif maka ia akan mengikuti gaya, penamilan, seolah tidak mau kalah dari temanya.


Masa remaja disebut masa kehausan sosial yakni adanya keinginan untuk bergaul dan diterima di lingkungan kelompok sebayanya (peer group), jadi kebanyakan remaja berpikir untuk dapat diterima di dalam kelompok mainya ia harus menyesuaikan diri dengan kelompok tersebut, termasuk dalam segi penampilan, dan gaya hidup, jika seorang remaja tidak diterima di dalam kelompok sebayanya maka ia akan merasa terasingkan, dan lebih memilih untuk menyendiri. Setiap remaja ingin terlihat eksis, tidak ketinggalan jaman dan akan berusaha mengikuti trend yang ada sekarang ini. Jika seorang remaja berada di lingkungan pergaulan yang teman temanya bepenampilan glamour maka ia akan merasa tidak mau tertandingi dan berkeinginan melampaui penampilan temanya, jika seorang remaja berteman dengan orang orang yang memiliki gadget atau smart phone berteknologi tinggi, ia pun akan berusaha untuk memiliki smart phone yang lebih canggih dari temanya.

Rentang masa remaja berlangsung pada usia 11-20 tahun atau usia belasan, yang artinya sebagian besar mereka belum masuk usia kerja. Lalu bagaimana mereka bisa mendapatkan uang untuk memenuhi semua keinginan mereka? Ya, orang tua. Bagi keluarga dengan kesanggupan materi atau ekonomi menengah keatas memberikan uang saku yang banyak bukanlah sebuah masalah, tapi bagi sebagian orang dengan tingkat ekonomi menengah kebawah menuruti kemauan sang anak merupakan sebuah beban.


Bagi mereka yang berada dalam himpitan ekonomi, jika anak sudah merengek bahkan sampai memaksa dan mengancam, orang tua hanya bisa menuruti keinginan mereka, orang tua rela berhutang, mencari pekerjaan tambahan, menjual barang barang hanya demi memenuhi keinginan anaknya. Miris memang, pergaulan anak yang seharusnya merupakan tahap untuk mengembangkan kemampuan bersosialisasi remaja, malah menjadi tahap yang menguras tenaga serta keuangan orang tua.


Jadi semua hal dalam hidup, haruslah dijalani dengan kesederhanaan, dalam islam, berlebih lebihan adalah tindakan yang tidak baik. Kembali lagi ke pemahaman remaja itu sendiri bagaimana mereka mengetahui tingkat kemampuan orang tua, belajar untuk bisa menghasilkan melalui kreatifitas, bukan hanya menjadi bagian dari masyarakat yang apapun harus dengan membeli.

0 komentar:

Post a Comment