Lepaskan Saja Pisangnya


Saya pernah membaca sebuah literatur berbahasa asing mengenai cara pemburu – pemburu di hutan Amerika menangkap sebuah monyet dengan sangat mudah. Caranya sebenarnya sangat simpel. Untuk menangkap sebuah monyet, mereka hanya membutuhkan sebuah kelapa dengan ukuran sedang.

Baik tua atau pun muda tidak ada masalah, namun mereka lebih menyarankan untuk menggunakan yang muda karena memiliki aroma yang lebih menarik monyet. Setelah itu mereka lubangi ujung dari kelapa tidak terlalu besar sekiranya cukup untuk tangan monyet. Sebelum di beri pisang di dalamnya, air kelapa di minum terlebih dahulu.

Setelah kelapa itu kosong, mereka memberi pisang di dalamnya dan menggantungnya di setiap ranting pohon. Mereka kemudian membiarkan perangkap itu dan pergi untuk membiarkan perangkap monyet mulai bekerja. Dan benar saja, sehari kemudian mereka menemukan banyak monyet yang tertangkap basah dan terus – terusan mencoba.


Para monyet tersebut tertarik dengan pisang yang ada di dalamnya, setelah memasukkan tangan ke dalam buah kelapa dan menggenggam sebuah pisang, mereka bersikukuh untuk mengeluarkan pisang tersebut walaupun secara logika tangan mereka tidak akan muat jika dengan menggenggam pisang.

Wal hasil mereka terus – terusan berusaha mengeluarkan pisang tersebut, padahal terdapat pemburu yang tengah tertawa - tawa dengan tingkah bodoh mereka. Untuk bisa bebas, mereka hanya perlu melepas pisangnya dan lari meninggalkannya.

Hal tersebut justru sering terjadi pada manusia, yang mana tidak mampu mengikhlaskan atau “melepas” sesuatu yang telah berada di luar jangkauan kita. Contoh kecil adalah jika kita terus meratapi kegagalan dan memeluk kesedihan tanpa berusaha untuk mengikhlaskan dan melepaskannya maka kita akan tergilas oleh waktu.

Hanya dengan melepaskan sesuatu yang berharga, yang tidak seharusnya menjadi milik kita. Hanya dengan melepaskan seseorang terkasih yang belum ditakdirkan kepada kita sehingga kita akan terhindar dari kegundahan dan kegalauan yang siap mempermainkan emosi dari ujung kepala hingga ujung rambut.

Melepas sesuatu hal yang penting (dengan catatan diluar takdir kita) bukanlah suatu keterpaksaan, sebuah kesia – siaan, atau sebuah keputus asaan. Tetapi bisa jadi itu merupakan cara Allah untuk memberi hambanya pilihan yang terbaik, dan menjauhkan pilihan pertama yang meninggalkannya karena memberi tahu bahwa itu lebih buruk dari pada pilihan selanjutnya.

Jadi teori menangkap monyet yang di praktekkan oleh pemburu di hutan Amerika nyatanya juga terjadi pada kebanyakan manusia. Hanya dengan melepas “pisang” walaupun kita sadar bahwa itu adalah sesuatu yang baik, yang bagus, dan luar biasa. Maka kita telah terbebas dari pikiran yang menghantui, dan bersiap melanjutkan hidup ke taraf yang lebih baik.

0 komentar:

Post a Comment