Drama Adu Pinalti Pertama di Final Piala Dunia


Untuk pertama kalinya dalam pentas Piala Dunia, laga final harus diakhiri dengan adu penalti ketika Brasil dan Italia bertemu pada partai puncak 20 tahun silam di Rose Bowl, Pasadena, California, Amerika Serikat.
Final Piala Dunia 1994
Brasil 0(3)-0(2) Italia
17 Juli 1994
Rose Bowl, Pasadena, California, Amerika Serikat
Wasit: Sandor Puhl (Hungaria)
Penalti:
BRASIL: Marcio Santos (X), Romario (O), Branco (O), Dunga (O)
ITALIA: Baresi (X), Albertini (O), Evani (O), Massaro (X), Baggio (X)
Brasil: Taffarel, Jorginho, Aldair, Marcio Santos, Branco, Mauro Silva, Dunga, Mazinho, Zinho, Romario, Bebeto
Pelatih: Carlos Alberto Parreira
Italia: Pagliuca, Mussi, Baresi, Maldini, Benarrivo, Berti, Dino Baggio, Albertini, Donadoni, Roberto Baggio, Massaro
Pelatih: Arrigo Sacchi
Kedua tim diyakini sama-sama kelelahan saat berduel di laga final, setelah pada babak semi-final. Brasil dengan susah payah menumbangkan Swedia berkat gol tunggal Romario ketika laga menyisakan sepuluh menit. Sementara itu, Azzurri lolos berkat kegemilangan Roberto Baggio di babak gugur turnamen. Pemain dengan rambut kuncir tersebut memborong dua gol saat mengalahkan Nigeria 2-1 di babak 16 Besar, kemudian menceak gol kemenangan tim di menit ke-88 atas Spanyol di perempat-final, dan kemudian kembali memborong dua gol kemenangan saat menaklukkan Hungaria yang tampil ngotot dengan skor 2-1.

Pertarungan di final, digadang-gadang menjadi duel antara Romario dan Baggio untuk beradu ketajaman. Namun, pada akhirnya tidak tercipta gol selama 90 menit dan pada 30 menit tambahan, sehingga pertandingan final untuk pertama kalinya harus ditentukan melalui tendangan penalti. Penendang pertama kedua tim gagal melaksanakan tugasnya, Gianluca Pagliuca mampu mementahkan tembakan Marcio Santos, sementara Franco Baresi melihat eksekusinya melenceng. Kemudian, dua penendang masing-masing tim mampu menceploskan bola sehingga skor menjadi 2-2.

Daniele Massaro, sebagai penendang ke-empat, gagal menaklukkan Claudio Taffarel dan kemudian Dunga mampu menjalankan tugasnya dengan sempurna untuk membawa Selecao unggul 3-2. Roberto Baggio menjadi penendang terakhir dan juga menjadi asa terakhir Italia sebagai eksekutor kelima. Dengan performa menawan selama babak gugur dan mengingat ia dalam performa terbaiknya, semua orang sudah memprediksi tembakannya akan memaksa pemain kelima Brasil harus maju. Namun, yang terjadi sungguh di luar dugaan. Tembakan Baggio melayang jauh di atas mistar Taffarel.

Kegagalan itu membuat Selecao mengoleksi trofi juara dunia ke-empat, sekaligus melewati pencapaian dari Italia dan Jerman, untuk menjadi pengoleksi Piala Dunia terbanyak.
"Saya tidak tahu mengapa, bola melayang tiga meter ke atas dan terbang melewati mistar."
-Roberto Baggio
Roberto Baggio kemudian menjelaskan dalam otobiografinya mengenai apa yang terjadi dalam adu tendangan penalti tersebut. "Harus Anda pahami bahwa tidak mudah menjelaskan apa yang terjadi di Pasadena," ujar Baggio. "Ketika saya maju untuk menendang, saya sadar, seperti yang dirasakan orang di situasi tersebut.

"Saya tahu Taffarel selalu jatuh ke samping jadi saya memutuskan untuk menendang ke tengah, sedikit lebih atas, jadi dia tidak bisa menjangkaunya dengan kaki. Itu adalah keputusan cerdas karena Taffarel memang menjatuhkan diri ke kiri, dan dia tidak akan bisa mengantisipasi tembakan yang saya rencanakan. "Sayangnya, dan saya tidak tahu mengapa, bola melayang tiga meter ke atas dan terbang melewati mistar."

Terima kasih sudah membaca dan semoga bermanfaat dan apresiasi saya berikan kepada situs sumber yaitu goal.

0 komentar:

Post a Comment