Khutbah Jum'at di Masjid Annur (20/06/2014)


Hidup kita jika kita lihat di Al - Qur’an seperti sebuah permainan dan bukan sekedar main – main. Perbedaan antara permainan dan main – main adalah kalau permainan memiliki aturan yang baku, memiliki aturan yang jelas dan memiliki tujuan yang jelas. Sedangkan main – main tidak memiliki aturan yang baku, aturan yang jelas dan hanya memiliki satu tujuan yaitu bersenang – senang. Jadi jika kita menjalani hidup ini denga bermain – main, sama saja kita mempermainkan Allah. Kita harus mendekatkan diri kepada Allah agar tujuan yang ingin kita capai dapat kita raih dengan mudah.

Sebenarnya hidup kita di dunia ini adalah  hiburan, permainan, perhiasan, saling bermegah – megahan, banyak –banyakan harta dan anak, sehingga kita perlu waspada dan hati – hati dalam menjalaninya. Kita perlu sadar bahwa hidup kita adalah sekedar permainan yang mana seluruh permainan mesti memiliki batas waktu. Begitu juga hidup, jika usia kita sudah habis maka kita akan meninggal dunia dan permainan kita telah selesai. Dan pemenang dari permainan adalah pemain yang selalu bermain dengan baik, begitu juga dengan manusia pemenangnya adalah orang yang selalu berbuat kebaikan dan beribadah kepada Allah sehingga mendapat kemenangan berupa surga.

Allah membuat perumpamaan manusia seperti halnya sebuah tanaman yang memiliki batas waktu. Jika sudah sampai waktu tertentu, maka sebagian fungsi dari tubuh kita sudah tidak bisa berfungsi dengan maksimal. Menurut para Ulama’ dan para pemikir islam, umur 40 tahun adalah masa dimana kita sudah mengalami kedewasaan. Dewasa bukan berarti tua, karena dewasa dengan tua sangatlah berbeda. Dikatakan dewasa jika orang itu sudah memiliki pola pikir yang dewasa dan dikatakan tua jika kembali memiliki pola pikir anak – anak. Pada umur 40 tahun, bisa dilihat apakah orang itu meninggal dalam keadaan baik atau khusnul khotimah atau meninggal dalam keadaan buruk atau su’ul khotimah.

Jika pada umur 40 tahun pola pikir dan emosi dapat dikontrol untuk mengikuti aturan – aturan yang telah ditetapkan oleh Allah maka insyaallah orang itu meninggal dalam keadaan khusnul khotimah. Begitu juga sebaliknya, jika pada umur 40 tahun pola pikir dan emosi masih seperti anak – anak yang suka melanggar peraturan maka orang itu akan meninggal dalam keadaan su’ul khotimah. Selain itu ciri – ciri lain orang yang meninggal dalam keadaan khusnul khotimah selain yang ada diatas adalah sebagai berikut :

1. Selalu bersyukur kepada Allah
Jika kita sudah sampai umur 40 tahun, maka hendaklah kita memperbanyak untuk bersyukur kepada Allah atas nikmat yang telah diberikan kepada kita baik bersyukur dengan lisan seperti mengucap Alhamdulillah dan juga bersyukur dengan perbuatan dengan cara meningkatkan ibadah kita kepada Allah. Karena Allah akan menambah nikmat orang yang mensyukuri nikmat Allah, dan Allah akan member Adzab kepada orang yang mengingkari nikmat Allah.

2. Memperbanyak Amal Sholeh dan Ibadah kepada Allah
Ketika kita sudah menginjak umur 40 tahun, maka kita harus memperbanyak amalan – amalan sunah seperti sholat rawatib, karena jika kita rutin mengerjakan sholat rawatib maka dapat menambal kekurangan – kekurangan yang kita perbuat dalam sholat fardlu.

3. Selalu baik di dalam Keluarga
Ketika umur kita sudah 40 tahun, hendaklah kita menjaga dan mengupayakan agar keluarga kita semakin harmonis dan semakin baik. Tidak ada perselisihan antara anggota keluarga sehingga membuat keluarga menjadi terpecah belah. Dan hendaklah kita mengikuti cara – cara Rasulullah dalam membangun keluarga.

4. Memperbanyak Taubat kepada Allah
Jika kita sudah berada pada umur 40 tahun, dianjurkan bagi kita untuk memperbanyak taubat kepada Allah baik jika kita membuat dosa maupun tidak. Dan sebaiknya taubat yang kita lakukan adalah taubat nasuha.

5. Tunduk dan Patuh kepada Agama Islam
Ketika kita berumur 40 tahun, diwajibkan kita untuk mematuhi dan menaati aturan – aturan yang ada di Agama Islam. Jika Islam mengerjakan sesuatu maka kerjakanlah dan begitu juga sebaliknya. Jika Islam melarang maka jauhilah dan tinggalkanlah.

Khutbah : Musyrofin

0 komentar:

Post a Comment