Jika gagal jangan mencoba lagi



Mungkin pembaca akan bingung dengan judul diatas, dalam mindset yang kita pahami jika kita gagal maka untuk berhasil harus mencobanya dan terus mencobanya hingga berhasil. Namun, justru ketika anda terus berjuang tanpa henti –hentinya untuk menempuh suatu keberhasilan maka akan membuat usaha dan kerja keras kita akan sia – sia. Mengapa demikian? Ini tentang cara yang ditempuh sesorang dalam meraih keberhasilan. Seperti kisah Thomas Alfa Edison ketika, ketika Thomas Alfa Edison diundang untuk menghadiri pertemuan ilmuan dan bangsawan di inggris, ia mendapat pertanyaan dari seorang bangsawan yang sedikit menyindirnya.

“Hai Thomas, kudengar kau sampai gagal 1448 kali dalam usaha untuk menemukan bola lampu listrik ya?.” Kata bangsawan kepada Thomas Alfa Edison, dan ia pun menjawab, “Maaf tuan! Saya tidak pernah gagal, saya cuma menemukan cara yang tidak bisa membuat bola lampu menyala lewat aliran listrik sebanyak 1448 kali dan saya temukan cara untuk menyalakan bola lampu dengan listrik pada percobaan ke 1449.” Kesimpulannya apakah dengan 1448 kegagalan, Thomas Alfa Edison hanya menggunakan satu cara untuk membuat lampu menyala? Tentu tidak. Thomas di percobaan pertama gagal, kemudian pada percobaan berikutnya tentu Thomas akan mengubah cara untuk menemukan cara mana yang paling pas untuk membuat lampu menyala. Andai Thomas hanya menggunakan satu cara dan gagal, lalu dia terus berusaha dengan satu cara itu berulang – ulang maka bola lampu tidak akan bisa ditemukan.

Artinya, jika kita sudah mencoba suatu cara dan bahkan sudah dicoba berulang – ulang namun belum memenuhi ekspektasi yang diharapkan, maka jangan buang – buang waktu untuk mencobanya lagi. Tapi cobalah dengan mengubah cara yang belum pernah kita coba sebelumnya. Artinya dengan kita meninggalkan cara lama dan merubah ke cara baru, kemungkinan berhasil akan terbuka kembali. Lain halnya dengan terus mencoba cara lama dan kita sudah tahu bahwa dengan cara itu kita tidak akan bisa berhasil, maka keberhasilan akan enggan untuk menghampiri kita.

Kisah lain, sebelum Soichiro Honda sukses, perjalanan karir yang ia lalui dipenuhi oleh kegagalan demi kegagalan. Namun apa yang menjadi rahasia kesuksesannya? Inilah kisahnya. Ayah Soichiro Honda, Gihei Honda adalah seorang tukang besi yang beralih menjadi pengusaha bengkel sepeda. Walaupun Gihei Honda miskin, ia sangat suka dengan pembaruan. Rupanya sifatnya dan juga keterampilannya menangani mesin menurun kepada Honda. Sebelum masuk sekolah pun Soichiro sudah senang membantu ayahnya di bengkel besi. Di Sekolah prestasinya sangat rendah, kalah dengan murid – murid yang lain. Tidak jarang ia membolos, namun selama hidupnya Honda terkenal sebagai seorang penemu, ia memegang hak paten lebih dari 100 penemuan pribadinya. Ynag pertama ditemukannya adalah teknik pembuatan jari – jari mobil dari loam. Ketika mengundurkan dari tahu 1973, penghasilannya mendekati 1,7 miliar dollar. Walaupun sudah pensiun, nasihatnya masih didengar. Ia mengatakan, “ semua orang menginginkan kesuksesan, bagi saya kesuksesan hanya bisa diraih dengan kegagalan dan instropeksi diri.”

Ternyata rahasia sukses dari Soichiro Honda adalah melakukan instropeksi diri. Saat pertama gagal dengan suatu cara, ia berupaya untuk mencari dan menggunakan cara yang lain yang memiliki kemungkinan untuk berhasil. Ketika eksperimennya tidak berhasil, ia meneliti kesalahan yang sudah ia lakukan, menganalisis alasan kenapa bisa gagal. Sehingga lama – lama ia menemukan sebuah formula sukses yang sebenarnya. Hasilnya, ia muncul sebagai penemu yang hebat dan diakui oleh dunia internasional. “Orang yang berhasil akan mengambil manfaat dari kesalahan – kesalahannya dan mencoba lagi dalam suatu cara yang berbeda.” Ujar Dale Carnegie. Dan itulah yang seharusnya kita terapkan dalam usaha kita untuk mencapai sebuah kesuksesan. Sayangnya tidak sedikit dari kita yang tidak belajar dari kesalahan yang diperbuat, malah kita terus mencoba dengan cara yang sama. Sudah tahu cara itu sudah gagal, namun masih tetap dicoba. Kebanyakan kita beralasan, “Kita harus tetap tekun dan tidak boleh cepat putus asa ketika kita menemui suatu kendala.”

Itu memang benar, setiap pekerjaan maupun atau apapun itu harus memiliki pondasi kesabaran dan ketekunan. Tetapi bukan berarti kita tidak bisa fleksibel dalam menyikapinya. Jika kita tahu bahwa apa yang kita lakukan salah, kurang tepat, atau malah keliru, dan tidak berhenti untuk melakukan intropeksi, maka sebenarnya kita sudah melakukan kesalahan yang lain. Tepatlah apa yang dikatakan oleh Conficus, “Seseorang yang melakukan kesalahan, dan tidak membetulkannya, telah melakukan satu kesalahan lagi.” Sehingga jika kita sudah merasa usaha kita baik dalam bekerja maupun belajar ternyata hanya diam di tempat tanpa mengalami perkembangan yang justru membuat kita semakin tertinggal, janganlah ragu untuk memutar haluan. Jangan takut untuk mengubah cara guna mengejar target awal. Jika kita mengharapkan hasil yang berbeda dari hari – hari sebelumnya, maka kita perlu melakukan sesuatu yang berbeda.

Demikianlah ulasan yang dapat saya tuliskan pada artikel kali ini, dan semoga memberi manfaat yang begitu besar bagi pembaca.

0 komentar:

Post a Comment