Gadis Skotlandia tidur 30 kali sehari
Sebuah vaksin seharusnya bisa memberikan kekebalan tubuh bagi seseorang. Namun, bagi gadis asal Skotlandia, Chloe Glasson, hidupnya justru berubah seperti mimpi buruk setelah dia mendapat vaksin untuk mencegah flu babi.
Empat bulan setelah Chloe diberi suntikan Pandemrix, gadis 15 tahun itu mengalami gangguan tidur dikenal sebagai Narkolepsi. Sekarang, tanpa peringatan, Chloe bisa tertidur sampai 30 kali saban harinya di mana saja dia berada, seperti dilansir surat kabar the Daily Mail, Senin (6/1).
Tentu saja, kejadian ini telah membuat kehidupan sekolahnya menjadi terganggu sebab dia sering tertidur di kelas. Namun, kondisi ini juga berpotensi berbahaya.
Chloe baru-baru ini bahkan dikabarkan sempat hilang selama dua jam setelah dia mengalami keadaan 'tertidur' ketika melakukan perjalanan singkat ke rumah neneknya. Namun, dia akhirnya bisa pulang ke rumahnya dengan aman. Ini tentu saja membuat keluarganya ketakutan sampai menghubungi polisi di tengah kekhawatiran tentang apa yang mungkin terjadi kepadanya.
Sekarang Chloe berharap mendapat sebuah pengobatan perintis akan membantu dia mendapatkan kembali pola tidur lebih normal.
Dia menerima obat khusus natrium oxybate dengan biaya Rp 259 juta per tahun di Rumah Sakit Royal Hospital untuk perawatan anak-anak di Ibu Kota Edinburgh.
"Saya berharap banyak pada pengobatan ini," kata Chloe. "Ketika tablet-tablet itu tidak bisa menyembuhkan saya, mereka mungkin bisa menawarkan kesempatan untuk hidup lebih normal."
Setelah divaksinasi dengan Pandemrix pada November 2009 selama pandemi flu, Chloe menjadi satu dari setidaknya seratus orang diperkirakan telah mengembangkan kondisi Narkolepsi sesudah menerima vaksin.
Penelitian telah menemukan adanya kenaikan sepuluh kali lipat risiko dari adanya pengembangan gangguan setelah vaksinasi.
"Hidupnya telah hancur setelah kita mengikuti nasihat pemerintah agar dia diimunisasi terhadap ancaman flu babi," kata ibu Chloe, Rebecca, dari Kota Dysart, Wilayah Fife.
Rebecca menjelaskan Chloe kini telah berubah dari anak yang ceria dan ramah menjadi salah satu gadis yang bahkan tidak bisa pergi keluar sendiri. Dia tidak bisa tertidur selama lebih dari beberapa jam pada suatu waktu, tapi dia bisa memiliki mimpi yang mengganggu.
"Kami sangat berharap pengobatan baru ini akan membantu dia," ujar Rebeca.
Pemerintah pada September lalu menyatakan akan membayar kerugian kepada beberapa orang yang mengalami masalah yang sama setelah diberi vaksin Pandemrix sebelum 31 Agustus 2010.
Keluarga Chloe berharap mereka akan menerima maksimum kompensasi sebesar Rp 2,3 miliar.
Badan Pengawas Obat-obatan dan Produk Kesehatan Inggris telah menghilangkan vaksin dari kampanye flu pada 2011.
Terima kasih sudah membaca dan semoga bermanfaat.
0 komentar:
Post a Comment